PERSPEKTIF KEMERDEKAAN
Bismillahirrahmanirrohim,
dengan Rahmat Tuhan YME sebentar lagi kita akan mencapai 67 tahun kemerdekaan.
Usia yang sudah tidak terbilang muda lagi, tapi juga bukan usia yang tua bagi
suatu bangsa yang berdaulat.
Perjuangan para
pendahulu kita telah membawa perubahan yang sangat besar, dengan tetes darah,
keringat dan air mata, mereka mencurahkan segala tenaga demi kemerdekaan bangsa
ini. Tak ada pamrih dalam diri mereka saat berjuang, hanya tujuan untuk membuat
anak cucu mereka terbebas dari belenggu penjajahan lah yang melandasi semangat
juang kala itu.
Cita cita luhur
pendahulu kita begitu murni dan mulia, begitu tulus dan mempunyai tujuan yang
luhur. “….dan perjuangan pergerakan
kemerdekaan Indonesia, telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan
selamat, sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang
kemerdekaan Indonesia, yang MERDEKA, BERSATU, BERDAULAT, ADIL DAN MAKMUR……”
Kini diusia ke-67
tahun kemerdekaan yang telah kita raih, apakah tujuan para pendahulu kita untuk
memerdekakan bangsa ini agar MERDEKA, BERSATU, BERDAULAT, ADIL DAN MAKMUR telah
tercapai? Sebuah tuntutan yang simple namun sulit terlaksana.
MERDEKA, telah
terjadi distorsi arti kemerdekaan itu sendiri. Kemerdekaan dianggap sebagai
suatu kebebasan yang sebebas bebasnya tidak terkekang bahkan oleh aturan
sekalipun. Era reformasi dewasa ini telah membawa suatu perubahan bagi bangsa
kita, akan tetapi juga membawa dampak yang kurang baik dimana semua orang
menganggap inilah jaman yang bebas, jaman yang liberal, jaman yang selalu Hak
Azasi Manusia menjadi tameng. Sungguh ironis memang, kebebasan telah disalah
artikan sehingga terkesan semua bias mempunyai aturan sendiri-sendiri. Semua bias
mengatur dirinya maupun kelompoknya.Kebebasan yang diartikan boleh mengekspos
segala sesuatu sehingga setiap persoalan selalu menjadi people justice.
Pembentukan opini publiklah yang menjudge semua persoalan.
BERSATU, dalam arti
dan pandangan masyarakat di era ini, adalah penggalangan kekuatan kelompok
kelompok masyarakat yang seolah olah menjadi penentu keadilan, kebaikan,
kebenaran serta kekuatan. Munculnya berbagai “kelompok” ini dari berbagai sisi
elemen masyarakat, baik yang mengatasnamakan hukum, keadilan, agama, kaum
reformis, kaum intelektual, pengamat, pemerhati, simpatisan dan lain
sebagainya. Bagi mereka, hukum serta peraturan lainnya harus ditegakkan, akan
tetapi di “tegakkan” sesuai pandangan dan pemahaman mereka masing masing, bukan
berdasarkan peraturan perundang undangan. Sering pula pembelokan pembelokan
permasalahan dengan pembentukan opini public mereka lakukan demi kepentingan
segelintir orang.
BERDAULAT, tetap
dan akan terus melekat dalam diri setiap anak bangsa. Setiap ada suatu
persoalan yang menyangkut bangsa, hamper secara serentak di seluruh Indonesia meneriakan
kedaulatan NKRI, tetap tegaknya NKRI, Persatuan, dan sebagainya. Akan tetapi
disisi lain apabila tidak setuju atau merasa ada sesuatu yang kurang atau tidak
sesuai keinginan, maka kata kata “merdeka”, bentuk Negara sendiri dan
sebagainya akan muncul. Jadi manakah yang dinamakan NASIONALISME? Inikah Nasionalisme
itu? Dimana generasi generasi muda yang mengaku penerus perjuangan bangsa masih
banyak yang tidak hafal dengan lagu Indonesia Raya, tidak pernah mau menghargai
pengibaran Merah Putih, tidak hafal Pancasila. Bahkan kurikilum pendidikan kita
pun sekarang ini sudah seperti luntur dalam mengajarkan falsafah Pancasila.
ADIL DAN MAKMUR,
kelihatannya merupakan suatu hal yang jauh dari kenyataan sekarang ini. Dimana “keadilan”
dapat diperjual belikan, dan “kemakmuran” hanya milik segelintir orang. Adil
dan makmur sekarang ini telah dinilai dari perspektif yang berbeda, dimana yang
kuat dan yang besarlah yang mungkin bias memiliki rasa adil dan makmur itu. Orang
orang yang “beruntung” lah yang mungkin hanya bias merasakan hal itu. Namun
bagi sebagian besar orang lainnya, hal itu masih menjadi sebuah mimpi, masih
menjadi sebuah harapan, yang Insya Allah mimpi dan harapan itu diharapkan bias terwujud.
Keadaan sekarang ini seperti dalam sebuah pepatah jawa, “Wong bener
thenger-thenger, Wong salah bungah-bungah, Wong apik ditampik-tampik.
Artinya :
Orang benar jadi
susah, Orang salah malahan senang hidupnya, Orang baik tidak diterima bahkan diusir.
……atas berkat rahmat Allah yang
Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur…… harapan kita semua semoga kemerdekaan bangsa
indonesia dapat menjadi tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan
kehidupan yang betul betul merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
Ditangan tangan generasi muda penerus bangsalah cita cita ini kita genggam dan
kita wujudkan. Dengan jiwa dan semangat Nasionalisme, dengan dasar Pancasila
dan dengan “hati” Insya Allah semua itu akan terwujud, dan kita dapat memegang
amanat para pendahulu kita yang menginginkan “TETAP TEGAKNYA NKRI” dan “TETAP
BERKIBARNYA MERAH PUTIH” dalam kehidupan berbangsa yang MERDEKA, BERSATU,
BERDAULAT, ADIL DAN MAKMUR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar