Pesan Mutiara dalam Sejarah Bangsa
"Hendaknya perjuangan kita harus kita dasarkan pada kesucian. Dengan demikian, perjuangan lalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci. Kami percaya bahwa perjuangan yang suci itu senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan.
Apabila perjuangan kita sudah berdasarkan atas kesucian, maka perjuangan ini pun akan berwujud perjuangan antara kekuatan lahir melawan kekuatan bathin. Dan kita percaya kekuatan bathin inilah yang akan menang. Sebab, jikalau perjuangan kita tidak suci, perjuangan ini hanya akan berupa perjuangan jahat melawan tidak suci, dan perjuangan lahir melawan lahir juga, tentu akhirnya si kuat yang akan menang.
Telah diakui oleh beberapa pemimpin perjuangan di berbagai tempat, bahwa kemunduran dan kekalahan yang diderita oleh barisan yang berjuang itu adalah manakala anggota-anggota barisan tadi mulai tidak suci lagi dalam perjuangannya dan rusuh dalam tingkah laku dan perbuatannya."
(Pidato Pertama Panglima Besar Jenderal Soedirman setelah pelantikannya sebagai Panglima Besar TKR, 25 Mei 1946)
Jumat, 20 Januari 2012
Kamis, 19 Januari 2012
Cuaca ekstrim Jakarta
Cuaca Ekstrim Jakarta akhir-akhir ini
Jakarta dan sekitarnya sedang mengalami masa transisi dari musim kemarau ke musim penghujan. BMKG menyatakan, kondisi ekstrim yang terjadi normal dengan beberapa catatan.
Kasubid Data Ekstrim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kukuh Ribudyanto menyatakan, kondisi yang terjadi saat ini adalah normal terjadi di masa transisi dari musim kemarau ke musim penghujan.
“Kondisi ini normal terjadi di bulan-bulan ini,” katanya saat diwawancara INILAH.COM via telepon (27/10). Seperti diketahui, pada Rabu (26/10), Jakarta dilanda hujan lebat yang membuat pohon-pohon tumbang serta beberapa papan iklan roboh.
Kondisi ekstrim yang diperkirakan berlangsung selama 1-1,5 bulan hingga November ini terjadi akibat penguapan lokal. Penguapan lokal yang terjadi saat ini berasal dari laut serta sumber air yang ada di Jakarta dan sekitarnya.
“Penguapan ini memicu munculnya awan Cumulonimbus yang mampu menimbulkan angin kencang, puting beliung, petir, hujan lebat berdurasi pendek antara satu sampai dua jam dan hujan es,” katanya saat diwawancara INILAH.COM via telepon.
Selama masa transisi, awan Cumulonimbus ini berkumpul dari pagi hingga siang dan hujan akan turun di siang hingga sore antara pukul 12.00 hingga 15.00 WIB. “Jika sudah masuk musim penghujan, hujan bisa terjadi kapan saja,” katanya.
Hal-hal yang perlu diwaspadai antara lain petir dan hujan itu sendiri. “Sebaiknya warga menghindari daerah yang berpotensi disambar petir seperti pohon dan besi. Untuk hujan sendiri, karena bersifat lokal, waspadai munculnya genangan air jika drainase yang ada buruk,” paparnya.
Untuk tanah longsor, waspadai daerah Jakarta dan sekitar yang memiliki kecuraman mencapai 45 derajat, terlebih daerah yang tak terlalu banyak memiliki vegetasi, tutupnya.
Senada, Pakar Departemen Meteorologi ITB Drs Zadrach Ledofij Dupe, M.SI, mengatakan, kondisi yang terjadi di sejumlah daerah ini merupakan kondisi normal. Kondisi ini disebabkan akibat posisi matahari yang berada tepat di atas Jawa.
Alhasil, “Terbentuknya awan konveksi atau Comulonimbus makin efektif,” ungkapnya. Pada posisi ini, radiasi matahari yang ada menjadi maksimal sehingga awan Comulonimbus mudah terbentuk.
Awan aktif ini sendiri memiliki ukuran raksasa yang terletak di ketinggian 17 kilometer. Di dalam awan ini bisa ditemui air, es dan angin. “Karena di puncak awan terdapat es, dinamika es dan air yang ada mengakibatkan munculnya kilat,” paparnya.
Kilat ini sendiri memiliki kemampuan menyambar dari awan ke awan serta dari awan ke Bumi, pada saat ini, angin kencang dipadukan hujan lebat akan memicu munculnya badai kilat atau thunderstorm.
Di sisi lain, pakar dari ITB ini mengatakan, potensi terjadi topan sangat kecil, “Yang terjadi hanya badai,” katanya. Untuk aktivitas bagai kilat sendiri tak akan dipengaruhi La Nina karena kondisi La Nina saat ini masih terpantau lemah, ungkapnya.
Jakarta dan sekitarnya sedang mengalami masa transisi dari musim kemarau ke musim penghujan. BMKG menyatakan, kondisi ekstrim yang terjadi normal dengan beberapa catatan.
Kasubid Data Ekstrim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kukuh Ribudyanto menyatakan, kondisi yang terjadi saat ini adalah normal terjadi di masa transisi dari musim kemarau ke musim penghujan.
“Kondisi ini normal terjadi di bulan-bulan ini,” katanya saat diwawancara INILAH.COM via telepon (27/10). Seperti diketahui, pada Rabu (26/10), Jakarta dilanda hujan lebat yang membuat pohon-pohon tumbang serta beberapa papan iklan roboh.
Kondisi ekstrim yang diperkirakan berlangsung selama 1-1,5 bulan hingga November ini terjadi akibat penguapan lokal. Penguapan lokal yang terjadi saat ini berasal dari laut serta sumber air yang ada di Jakarta dan sekitarnya.
“Penguapan ini memicu munculnya awan Cumulonimbus yang mampu menimbulkan angin kencang, puting beliung, petir, hujan lebat berdurasi pendek antara satu sampai dua jam dan hujan es,” katanya saat diwawancara INILAH.COM via telepon.
Selama masa transisi, awan Cumulonimbus ini berkumpul dari pagi hingga siang dan hujan akan turun di siang hingga sore antara pukul 12.00 hingga 15.00 WIB. “Jika sudah masuk musim penghujan, hujan bisa terjadi kapan saja,” katanya.
Hal-hal yang perlu diwaspadai antara lain petir dan hujan itu sendiri. “Sebaiknya warga menghindari daerah yang berpotensi disambar petir seperti pohon dan besi. Untuk hujan sendiri, karena bersifat lokal, waspadai munculnya genangan air jika drainase yang ada buruk,” paparnya.
Untuk tanah longsor, waspadai daerah Jakarta dan sekitar yang memiliki kecuraman mencapai 45 derajat, terlebih daerah yang tak terlalu banyak memiliki vegetasi, tutupnya.
Senada, Pakar Departemen Meteorologi ITB Drs Zadrach Ledofij Dupe, M.SI, mengatakan, kondisi yang terjadi di sejumlah daerah ini merupakan kondisi normal. Kondisi ini disebabkan akibat posisi matahari yang berada tepat di atas Jawa.
Alhasil, “Terbentuknya awan konveksi atau Comulonimbus makin efektif,” ungkapnya. Pada posisi ini, radiasi matahari yang ada menjadi maksimal sehingga awan Comulonimbus mudah terbentuk.
Awan aktif ini sendiri memiliki ukuran raksasa yang terletak di ketinggian 17 kilometer. Di dalam awan ini bisa ditemui air, es dan angin. “Karena di puncak awan terdapat es, dinamika es dan air yang ada mengakibatkan munculnya kilat,” paparnya.
Kilat ini sendiri memiliki kemampuan menyambar dari awan ke awan serta dari awan ke Bumi, pada saat ini, angin kencang dipadukan hujan lebat akan memicu munculnya badai kilat atau thunderstorm.
Di sisi lain, pakar dari ITB ini mengatakan, potensi terjadi topan sangat kecil, “Yang terjadi hanya badai,” katanya. Untuk aktivitas bagai kilat sendiri tak akan dipengaruhi La Nina karena kondisi La Nina saat ini masih terpantau lemah, ungkapnya.
Dimensi Militer dan Doktrin
STRATEGI PERTAHANAN: DIMENSI MILITER DAN DOKTRIN
Edy Prasetyono
Edy Prasetyono
Strategi pertahanan nasional diarahkan untuk mencapai tiga tujuan fundamental yaitu perlindungan teritorial, kedaulatan, dan keselamatan bangsa. Dalam konteks Indonesia, upaya untuk memenuhi kepentingan pertahanan nasional di atas harus memperhatikan, pertama, faktor geostrategis negara baik ke dalam dan keluar. Ke dalam, yaitu untuk menciptakan sistem pertahanan nasional yang kredibel yang didasarkan atas konsep unified approach atau a single all-encompassing strategy yang meng-cover 17 ribu lebih pulau dengan luas 7.7 juta Km2 (termasuk wilayah zona ekonomi eksklusif) dengan panjang pantai sekitar 80 ribu kilometer. Upaya bela negara bagi negara kepulauan seperti Indonesia berarti juga mempertahankan kedaulatan maritim dan sumber daya yang berada di dalamnya, termasuk ZEE. Keluar, untuk menciptakan faktor penangkal yang kuat kepada pihak eksternal, paling tidak melalui pengembangan kemampuan surveillance dan reconaissance.
Kedua, strategi pertahanan harus memperhatikan perubahan-perubahan dunia internasional, terutama perubahan sifat perang, sifat dan bentuk ancaman dalam dunia yang digerakkan oleh perkembangan pesat di bidang teknologi dan komunikasi. Perang modern tidak lagi didominasi perang teritorial yang dilakukan dengan konsep-konsep perlawanan bersenjata secara gerilya, melainkan merupakan perang yang menekankan penghancuran infrastruktur vital atau center of gravity. Perkembangan ini tidak bisa diatasi dengan mengandalkan cara pikir konvensional yang menekankan pada kemampuan kekuatan darat yang juga tidak sesuai dengan posisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
Kalaupun pemikiran-pemikiran atas dasar land-based strategy ini masih dipertahankan, strategi ini tidak akan berjalan efektif tanpa dukungan kekuatan udara dan laut. Terlebih, kemajuan teknologi informasi dan persenjataan, misalnya munculnya rudal-rudal balistik dan RMA, telah mengaburkan batas-batas teritorial, sifat perang menjadi lebih cepat, negara makin rawan terhadap serangan preemptif, dan menuntut pengembangan kekuatan mobile dan efektif.
Kalaupun pemikiran-pemikiran atas dasar land-based strategy ini masih dipertahankan, strategi ini tidak akan berjalan efektif tanpa dukungan kekuatan udara dan laut. Terlebih, kemajuan teknologi informasi dan persenjataan, misalnya munculnya rudal-rudal balistik dan RMA, telah mengaburkan batas-batas teritorial, sifat perang menjadi lebih cepat, negara makin rawan terhadap serangan preemptif, dan menuntut pengembangan kekuatan mobile dan efektif.
Perang teritorial dengan melakukan pendudukan atas wilayah musuh menjadi tidak populer dan mahal baik secara finansial dan moral. Sifat dan bentuk ancaman menjadi makin kompleks terutama dengan memperhatikan posisi geografis Indonesia. Indonesia akan menghadapi masalah-masalah baru yang tidak dapat dihindarkan misalnya migrasi ilegal, perdagangan obat bius dan obat-obat terlarang lain, pencucian uang, pencurian ikan, perdagangan gelap yang lain, serta teorisme internasional.
Perkembangan-perkembangan ini telah merubah pemikiran dan perencanaan strategis yang mengarah pada kebutuhan akan kekuatan yang terlatih dan dilengkapi dengan kemampuan untuk bergerak cepat dalam menjalankan tugas-tugas perang dan selain perang. Secara lebih khusus, argumen di atas adalah untuk menegaskan perlunya perubahan paradigma tentang perang dan perencanannya, pengorganisasian (organising), penyusunan (structuring), dan komando (commanding) kekuatan militer, terutama bagi negara-negara yang mempunyai wilayah kepulauan sangat luas dan menyebar.
Implikasi bagi doktrin dan strategi pertahanan
Implikasi bagi doktrin dan strategi pertahanan
Perubahan internasional, sifat perang, bentuk dan sifat ancaman, dan perlunya reformasi di dalam tubuh militer Indonesia menjadi faktor penting dalam melihat apakah doktrin dan strategi pertahanan Indonesia yang masih bertumpu pada doktrin kekuatan darat dengan implikasi institusional yang berwujud struktur teritorial masih relevan untuk mencapai tujuan kebijakan pertahanan nasional?
Secara umum doktrin pertahanan adalah prinsip-prinsip dasar yang memberikan arah bagi pengelolaan sumber daya pertahanan untuk mencapai tujuan nasional. Prinsip-prinsip dasar doktrin pertahanan pada level ini mencakup nilai, etika, dan moral yang dalam khasanah kemiliteran Indonesia disebut sebagai doktrin induk. Doktrin induk merumuskan apa hakekat kepentingan pertahanan nasional, jatidiri/identitas militer/tentara (who we are?), dan tugas militer/tentara (what do we do?) secara umum. Di bawah doktrin induk adalah doktrin dasar yang pada intinya berisi rumusan strategi untuk memaksimalkan pelaksanaan tugas pokok militer untuk mencapai tujuan pertahanan nasional. Misalnya, apakah akan menggunakan continental strategy ataukah defence in depth atau layered defence. Doktrin ini kemudian dijabarkan ke dalam postur dan struktur kekuatan (posture and force structure), dan penggelarannya. Lapis berikutnya adalah doktrin operasional yang merujuk pada doktrin militer yang memberikan arah bagi penggunaan secara efektif dan efisien kekuatan militer dalam melaksanakan operasi militer baik gabungan maupun kecabangan. Pada lapis ini doktrin operasional mengidentifikasi karakteristik dasar masing-masing kekuatan yang mempunyai implikasi bagi pengembangan strategi dan operasi militer. Sedangkan doktrin paling bawah dan operasional adalah pada tingkat taktis yang dikembangkan langsung untuk pelaksanaan operasi militer di lapangan.
Secara umum doktrin pertahanan adalah prinsip-prinsip dasar yang memberikan arah bagi pengelolaan sumber daya pertahanan untuk mencapai tujuan nasional. Prinsip-prinsip dasar doktrin pertahanan pada level ini mencakup nilai, etika, dan moral yang dalam khasanah kemiliteran Indonesia disebut sebagai doktrin induk. Doktrin induk merumuskan apa hakekat kepentingan pertahanan nasional, jatidiri/identitas militer/tentara (who we are?), dan tugas militer/tentara (what do we do?) secara umum. Di bawah doktrin induk adalah doktrin dasar yang pada intinya berisi rumusan strategi untuk memaksimalkan pelaksanaan tugas pokok militer untuk mencapai tujuan pertahanan nasional. Misalnya, apakah akan menggunakan continental strategy ataukah defence in depth atau layered defence. Doktrin ini kemudian dijabarkan ke dalam postur dan struktur kekuatan (posture and force structure), dan penggelarannya. Lapis berikutnya adalah doktrin operasional yang merujuk pada doktrin militer yang memberikan arah bagi penggunaan secara efektif dan efisien kekuatan militer dalam melaksanakan operasi militer baik gabungan maupun kecabangan. Pada lapis ini doktrin operasional mengidentifikasi karakteristik dasar masing-masing kekuatan yang mempunyai implikasi bagi pengembangan strategi dan operasi militer. Sedangkan doktrin paling bawah dan operasional adalah pada tingkat taktis yang dikembangkan langsung untuk pelaksanaan operasi militer di lapangan.
Dilihat dari kerangka di atas, bagaimana dengan sistem pertahanan Indonesia yang didasarkan atas doktrin pertahanan semesta (sishanta) dengan paradigma taktik perang gerilya? Baik dilihat dari sisi sejarah maupun strategi militer, doktrin sishanta bersifat defensif dan dipengaruhi oleh pemikiran matra darat. Doktrin ini paling tidak ada mengandung beberapa masalah. Pertama, bahwa doktrin ini mengandung aspek politik yang sangat kental yaitu menyangkut peran teritorial militer yang terwujud dalam struktur komando teritorial. Doktrin Catur Dharma Eka Karma dan Sad Daya Dwi Bhakti sangat sarat dengan muatan kepentingan politik yang sama sekali tidak terkait dengan nilai, moral dan etika tentang bagaimana seharusnya TNI menggunakan kekuatan militer untuk menjalankan tugas dalam pertahanan negara. Seharusnya dalam konteks nilai, etika, dan moralitas, sishanta menjelaskan posisi TNI sebagai kekuatan yang tunduk pada otoritas politik dan demokrasi secara umum, mempunyai komitmen kuat pada upaya perdamaian baik nasional maupun internasional, tunduk pada prinsip-prinsip ius ad bellum dan ius in bello dalam menggunakan instrumen kekerasan untuk menjalankan tugas seperti diatur dalam hukum humaniter dan konvensi internasional tentang hak azasi manusia.
Kedua, sistem pertahanan semesta yang bertumpu pada matra kekuatan darat tidak sesuai dengan posisi Indonesia sebagai negara kepulauan. Sishanta membentuk cara pandang mengenai taktik perang gerilya. Dilihat dari posisi geografi Indonesia taktik ini tentu sulit dipertahankan. Lagipula, dengan kemajuan teknologi sistem persenjataan dan perubahan sifat perang yang tidak lagi bersifat perang teritorial, taktik perang gerilya justru membuat pertahanan militer Indonesia sangat terbuka terhadap serangan musuh. Perang modern dengan tekanan pada penghancuran infrastruktur dan fasilitas militer akan ditentukan oleh kemajuan teknologi dan tingkat mobilitas militer.
Kedua, sistem pertahanan semesta yang bertumpu pada matra kekuatan darat tidak sesuai dengan posisi Indonesia sebagai negara kepulauan. Sishanta membentuk cara pandang mengenai taktik perang gerilya. Dilihat dari posisi geografi Indonesia taktik ini tentu sulit dipertahankan. Lagipula, dengan kemajuan teknologi sistem persenjataan dan perubahan sifat perang yang tidak lagi bersifat perang teritorial, taktik perang gerilya justru membuat pertahanan militer Indonesia sangat terbuka terhadap serangan musuh. Perang modern dengan tekanan pada penghancuran infrastruktur dan fasilitas militer akan ditentukan oleh kemajuan teknologi dan tingkat mobilitas militer.
Bahkan sekalipun strategi perang gerilya tetap dipakai atas dasar analisa tentang ancaman dalam negeri, strategi ini tidak akan berhasil tanpa adanya kemampuan mobilisasi yang ditopang oleh kekuatan laut dan udara. Seharusnya, pengalaman perang kemerdekaan dan operasi tempur selama ini membentuk pemikiran mengenai pengembangan kemampuan counter-insurgency yang efisien dan efektif, bukan taktik perang gerilya. Lagipula, strategi perang gerilya sebenarnya bukan dasar pengembangan strategi pertahanan, melainkan suatu bagian strategi dari operasi militer perang, yang tidak dapat dilanggengkan dalam penyebaran pasukan secara permanen di masa damai.
Ketiga, sistem pertahanan perang gerilya tidak mengarah pada pembentukan integrated armed forces yang sangat penting bagi negara kepulauan. Ini disebabkan karena lemahnya mobilitas AU dan AL yang sangat diperlukan dalam mengerahkan secara cepat pasokan logistik dan pasukan. Situasi ini menyulitkan pengembangan operasi militer gabungan. Dominasi paradigma taktik perang gerilya juga menyebabkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan dalam pengerahan sumber daya. Komando teritorial menyerap 45% total belanja pertahanan, 69.8% dari seluruh pasukan TNI-AD atau 51.7% dari seluruh pasukan TNI, dan hanya 50.6% dari seluruh pasukan teritorial AD bertugas di satuan tempur. Sementara itu dalam waktu yang sama, operasi-operasi militer di daerah konflik masih mengandalkan central command units yaitu Kopassus atau KOSTRAD.
Keempat, sishanta sebenarnya bukan monopoli Indonesia. Singapura memiliki apa yang disebut total defence. Demikian juga dengan negara-negara lain yang memiliki dinas wajib militer melalui sistem konskripsi (conscription) atau mobilisasi.
Keempat, sishanta sebenarnya bukan monopoli Indonesia. Singapura memiliki apa yang disebut total defence. Demikian juga dengan negara-negara lain yang memiliki dinas wajib militer melalui sistem konskripsi (conscription) atau mobilisasi.
Melihat kompleksitas lingkungan strategis, sifat dan bentuk ancaman, perubahan sifat perang, kemajuan teknologi, dan faktor geografis, strategi pertahanan Indonesia memerlukan perubahan doktrin yang mendasar. Dalam jangka panjang, strategi pertahanan kontinental sulit dipertahankan karena tidak mampu mencegah dan menangkal secara dini di wilayah maritim dan kontrol wilayah udara yang sekarang ini menjadi media beroperasinya ancaman-ancaman non-tradisional dan transnational.
Wayang Kulit, seni tradisional Indonesia
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata Ma Hyang artinya menuju kepada Yang Maha Esa, . Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang(lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.
Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.
Langganan:
Postingan (Atom)